AKADEMIK

Antisipasi Kanker Serviks dengan Vaksin Sejak Usia Dini

Seminar Kesehatan di UDA

Admin UDA | Jumat, 28 April 2017 - 19:03:52 WIB | dibaca: 145031 pembaca

Rektor UDA Prof Dr Binsar Panjaitan saat membuka Seminar Kesehatan yang diselenggarakan FIK UDA, Jumat (3/7).

Mahardikanews.com - Pertumbuhan kanker serviks serta kutil pada kelamin, sering tidak diawali dengan gejala-gejala. Maka itu, sangat dianjurkan melakukan vaksinasi sejak usia dini bagi seorang perempuan. Demikian disampaikan Staf Divisi Onkologi Ginekologi departemen Obstetri Ginekologi Rumah Sakit Umum pusat Haji Adamalik Medan, dr Sarah Dina Khaidirman MKed(OG) SpOGK(Onk) saat menjadi pembicara pada seminar kesehatan “Pencegahan Virus HPV Penyebab Kanker Serviks dan Kutil Kelamin”, Jumat (3/7).
“Namun bila sudah berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala seperti keputihan serta pendarahan pada vagina yang tidak normal, sakit saat buang air kecil dan rasa sakit saat berhubungan seksual,” ujarnya di Ruang senat Universitas Darma Agung sebagai tempat terlaksananya seminar.
Sarah mengatakan kanker serviks cenderung muncul pada perempuan berusia 35-55 tahun, namun dapat pula muncul pada perempuan dengan usia yang lebih muda. Penyebab dari kanker ini adalah virus yang dikenal sebagai Human papilloma virus (HPV). Jenis virus HPV yang menyebabkan kanker serviks dan paling fatal akibatnya adalah virus HPV tipe 16 dan 18. Namun, selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel abnormal pada leher rahim juga bisa tumbuh akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu cukup lama.
Bahkan, menurutnya HPV dapat menginfeksi semua orang karena HPV dapat menyebar melalui hubungan seksual. Wanita yang berhubungan seksual di bawah usia 20 tahun serta sering berganti pasangan beresiko tinggi terkena infeksi.
Saat ini kanker serviks dapat dicegah dengan pemberian vaksin HPV. Vaksin ini sebaiknya diberikan pada perempuan muda sedini mungkin, karena tingkat imunisasi tubuh serta pertumbuhan dan reproduksi sel di area serviks masih sangat baik.
Tingginya angka kematian penderita kanker leher rahim disebabkan karena umumnya penderita terlambat datang berobat. Lebih dari 70 persen, penderita datang berobat setelah berada pada stadium lanjut. Padahal 5 tahun sebelum terjadinya kanker ini, sudah timbul kelainan pada leher rahim yang dapat dideteksi dengan biaya yang relatif murah, dengan pemeriksaan pap smear yang apabila ditangani lebih dini penderita bisa sembuh.
Sebelumnya, Prof Dr Binsar Panjaitan MPd membuka acara ini dan mengatakan bahwa ancaman kanker serviks akan tetap mengancam jika tidak ditangani dengan baik. Harapannya, kalangan perempuan di Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap kanker mulut rahim (serviks). Sebab kanker serviks tak hanya berimbas pada kesehatan pribadi tetapi juga pada keluarga, serta berpengaruh pada kualitas hidup secara keseluruhan.
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Zulkarnain Nasution SPd MKes mengatakan bahwa kegiatan seminar kesehatan seperti ini diselenggarakan secara rutin, karena sesuai dengan disiplin ilmu FIK.
Hadir pada kesempatan tersebut rektor Wakil Rektor Satu (WR I) Mhd Ansori Lubis MM MHum, Wakil Rektor Dua (WR II) Drs Lamtama Lumban Raja MM, Wakil Rektor Tiga (WR III) Drs Parlindungan Marpaung MSi, Direktris Rumah Sakit Umum Herna dr Purnama Simanjuntak, dosen, pegawai serta mahasiswa.

(FR)